Kamis, 30 Juni 2011

PENGAWETAN PANGAN DENGAN TEKNIK PEGERINGAN


MAKALAH KIMIA PANGAN
PENGAWETAN PANGAN DENGAN TEKNIK PEGERINGAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kimia Pangan

Oleh :
Melida Selvita
00350/2008
Kimia



JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
A.     Pendahuluan
Perkembangan industri pangan di Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang cukup pesat. Diperkirakan bahwa perkembangan industri pangan di Indonesia akan terus maju dengan laju pertumbuhan yang cukup. Bahan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia disamping pendidikan, kesehatan dan sandang lainnya.
Jenis dan cara pengolahan bahan pangan sangat menentukan kadar gizi hasil olahan makanan tersebut. Kebutuhan pangan dan gizi keluarga dapat terpenuhi dari ketersediaan pangan setempat, daya beli yang terjangkau dan memenuhi syarat menu seimbang.
Sudah diketahui bahwa bahan pangan, seperti daging, ikan, telur, sayur maupun buah, tidak dapat disimpan lama dalam suhu ruang. Masa simpan bahan pangan dapat diperpanjang dengan disimpan pada suhu rendah; dikeringkan dengan sinar matahari atau panas buatan; dipanaskan dengan perebusan; diragikan dengan bantuan ragi, jamur atau bakteri; dan ditambah bahan-bahan kimia seperti garam, gula, asam dan lain-lain.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai metode pengeringan pangan yaitu dengan cara pengeringan alami atau buatan. Metoda pengeringan merupakan metoda yang sederhana, aman dan mudah serta memiliki daya tahan lama dan tidak memerlukan perlakun khusus saat penyimpanan.

B.     Pengeringan
1.      Pengertian
Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan bahan pangan secara fisik. Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Pengeringan dapat pula diartikan sebagai suatu penerapan panas dalam kondisi terkendali , untuk mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melalui evaporasi (pada pengeringan umum) dan sublimasi (pada pengeringan beku).
Pengeringan baik parsial maupun penuh tidak membunuh semua mikroba yang ada dalam bahan pangan yang dikeringkan. Pengeringan ternyata dapat mengawetkan mikroba, seperti halnya mengawetkan bahan pangan. Selain itu, produk pangan kering umumnya tidak steril. Oleh karena itu, meskipun bakteri tidak dapat tumbuh pada makanan kering, tetapi jika makanan tersebut dibasahkan kembali, maka pertumbuhan mikroba akan kembali terjadi, kecuali jika makanan tersebut segera dikonsumsi atau segera disimpan pada suhu rendah.
Ada 2 istilah yang dipakai untuk pengeringan yaitu :
a.       Drying : suatu proses kehilangan air yang disebabkan oleh daya atau kekuatan alam, misalnya matahari (dijemur) dan angin (diangin-anginkan).
b.      Dehydration (dehidrasi) : suatu proses pengeringan dengan panas buatan, dengan menggunakan peralatan/alat-alat pengering.
Bahan pangan yang diawetkan dengan cara pengeringan misalnya :
a. Buah-buahan : kismis, kurma, pisang, kesemek, apel, salak
b. Sayur-sayuran : jamur, kentang (untuk dibuat keripik), sawi asin, wortel , bawang daun
c. Umbi-umbian : singkong , ubi jalar
2.      Tujuan Pengeringan
Tujuan pengeringan bahan pangan yaitu :
a.       Mengurangi risiko kerusakan karena kegiatan mikroba. Mikroba memerlukan air untuk pertumbuhannya. Bila kadar air bahan berkurang, maka aktivitas mikroba dihambat atau dimatikan.
b.      Menghemat ruang penyimpanan atau pengangkutan.Umumnya bahan pangan mengandung air dalam jumlah yang tinggi, maka hilangnya air akan sangat mengurangi berat dan volume bahan tersebut.
c.       Untuk mendapatkan produk yang lebih sesuai dengn penggunaannya. Misalnya kopi instant.
d.      Untuk mempertahankan nutrien yang berguna yang terkandung dalam bahan pangan, misalnya mineral, vitamin, dsb.
3.               Keuntungan dan Kerugian Pengeringan
Keuntungan pengawetan dengan cara pengeringan :
a.       Bahan lebih awet
b.      Volume dan berat berkurang, sehingga biaya lebih rendah untuk pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan.
c.       Kemudahan dalam penyajian
d.      Penganekaragaman pangan, misalnya makanan ringan /camilan
Kerugian pengawetan dengan cara pengeringan :
a.       Sifat asal dari bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu, dll.
b.      Beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus dibasahkan kembali (rehidrasi) sebelum digunakan.
Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini dapat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut.
4.      Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan. Terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi pengeringan yaitu :

a.       Factor yang berhubungan dengan udara pengering, yaitu:
·        suhu (makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat)
·        kecepatan aliran udara (semakin cepat udara maka pengeringan juga akan semakin cepat)
·        kelembaban udara (makin lembab udara maka pengeringan akaan semakin lambat)
·        arah aliran udara (makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat kering)
b.      Factor yang berhubungan dengan sifat bahan, diantaranya yaitu
·        ukuran bahan (makin kecil ukuran benda, pengeringan akan makin cepat)
·        kadar air (makin sedikit air yang dikandung, pengeringn akan makin cepat).
5.      Dasar Pengawetan Pangan dengan Pengeringan
Proses pengeringan selain dapat dilakukan dengan pemanasan langsung, juga dapat dilakukan dengan cara lain:
a.       Dehydro freezing adalah pengeringan disusul dengan pembekuan yang mempunyai daya pengawetan lebih baik.
b.      freeze drying terjadi sublimasi yaitu perubahan dari bentuk es dalam bahan yang beku langsung menjadi uap air tanpa mengalami proses pencairan terlebih dahulu.  Cara ini biasanya dilakukan terhadap bahan-bahan yang sensitif terhadap panas, misalnya vaksin-vaksin, hormon, enzim, antibiotika dan lain-lainnya. 
Keuntungan Freeze drying
·        volume bahan tidak berubah
·        daya rehidrasi tinggi sehingga mendekati bahan asalnya.

6.      Macam-Macam Pengeringan
Bahan pangan dapat dikeringkan dengan cara :
  1. Alami , yaitu menggunakan panas alami dari sinar matahari, caranya dengan dijemur (sun drying) atau diangin-anginkan
  2. Buatan (artificial drying), yaitu menggunakan panas selain sinar matahari , dilakukan dalam suatu alat pengering
-         Pengeringan dengan sinar matahari
Pengeringan dengan sinar matahari merupakan jenis pengeringan tertua, dan hingga saat ini termasuk cara pengeringan yang populer di kalangan petani terutama di daerah tropis. Teknik pengeringan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (dikeringanginkan), dengan rak-rak maupun lantai semen atau tanah serta penampung bahan lainnya.
-         Pengeringan dengan pemanas buatan
Pengeringan dengan pemanas buatan mempunyai beberapa tipe alat dimana pindah panas berlangsung secara konduksi atau konveksi, meskipun beberapa dapat pula dengan cara radiasi. Alat pengering dengan pindah panas secara konveksi pada umumnya menggunakan udara panas yang dialirkan, sehingga enersi panas merata ke seluruh bahan. Alat pengering dengan pindah panas secara konduksi pada umumnya menggunakan permukaan padat sebagai penghantar panasnya.
7.      Peranan Udara dalam Proses Pengeringan
Udara dapat dibedakan atas 2 macam yaitu udara kering atau udara tanpa kandungan uap air di dalamnya dan udara basah yaitu udara dengan kandungan uap air yang tinggi.  Udara merupakan campuran dari beberapa gas dengan perbandingan yang kira-kira tetap, misalnya H2O, O2, N2, CO2 yang kadang-kadang mengandung senyawa berbentuk gas (pencemar).

Air di dalam bahan pangan terdapat dalam 3 bentuk yaitu :
a.       Air bebas (free water) yang terdapat dipermukaan benda padat dan mudah diuapkan
b.      Air terikat (bound water) secara fisik yaitu air yang terikat menurut sistem kapiler atau air absorpsi karena tenaga penyerapan
c.       Air terikat secara kimia misalnya air kristal dan air yang terikat dalam suatu sistem dispersi.
Kadar air suatu bahan pangan dapat dinyatakan dalam 2 cara yaitu
a.       berdasarkan bahan kering (dry basis)
Kadar air secara “dry basis” adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat bahan keringnya. Berat bahan kering adalah berat bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya.  
b.      berdasarkan bahan basah (wet basis). 
Kadar air secara wet basis” adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat bahan mentah.
8.      Prinsip-prinsip pengeringan
Prinsip pengeringan adalah menghambat pertumbuhan mikroba dengan mengurangi kadar air, juga menurunkan aw. Jika kita mengeringkan sesuatu bahan pangan, ada 2 masalah pokok yang terlibat di dalamnya yang dapat menentukan kecepatan pengeringan, yaitu :
  1. Hantaran panas kepada bahan dan di dalam bahan yang dikeringkan. Hantaran panas ditentukan oleh :
·        macam dan jenis sumber panas
·        konsistensi bahan
·        sifat bahan yang dikeringkan
·        udara sebagai media pemanas
  1. Penguapan air dari dalam bahan
9.      Cara Menghitung aw Bahan Pangan
a.      Pangan Setengah Basah (Intermediate Moisture Food)
Pangan setengah basah ialah suatu pangan yang mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak terlalu rendah yaitu kira-kira 15-50 persen, tetapi pangan ini dapat tahan lama selama penyimpanan.  Jenis pangan ini baru kira-kira 10 tahun yang lalu dibuat orang khusus untuk makanan anjing atau kucing, karena binatang-binatang ini tidak suka makanan yang terlalu kering (keras) atau terlalu basah seperti bubur.  Tetapi sekarang telah banyak dibuat pangan setengah basah untuk makanan manusia.
b.      Pengaruh Pengeringan Terhadap Sifat Bahan Pangan
Jika proses pengeringan dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi, maka hal ini dapat mengakibatkan terjadinya case hardening  yaitu suatu keadaan di mana bagian luar (permukaan) dari bahan sudah kering sedangkan bagian sebelah dalamnya masih basah.  Hal ini disebabkan karena suhu pengeringan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan bagian permukaan cepat mengering dan menjadi keras, sehingga akan menghambat penguapan selanjutnya dari air yang terdapat di bagian dalam bahan tersebut. 
 Case hardening juga dapat disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan kimia tertentu, misalnya terjadinya penggumpalan protein pada permukaan bahan karena adanya panas atau terbentuknya dekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan menjadi bahan yang masif (keras) pada permukaan bahan. 
Beberapa contoh terjadinya case hardening dapat dilihat di bawah ini.
1.      Daging biasanya dikeringkan dengan menambahkan campuran gula, garam serta bumbu-bumbu lainnya, dan hasilnya dikenal sebagai dendeng.  Warna dendeng yang coklat sampai hitam terjadi karena reaksi antara asam amino dari protein dengan gula pereduksi, di samping disebabkan pula oleh warna gula yang digunakan.
2.      Buah-buahan dan sayur-sayuran selalu mengandung asam organik, dan juga kadar gula pereduksi yang lebih tinggi pada buah yang lebih masak.  Dengan demikian kematangan buah-buahan untuk dikeringkan merupakan faktor penting dalam proses pengeringan.  Reaksi “browning” dapat dibatasi dengan menambahkan SO2 pada buah sebelum dikeringkan, dan cara yang paling mudah dan murah adalah dengan mengasap buah yang sudah dikupas dengan asap hasil pembakaran belerang.
3.      Pada pengeringan ketela pohon (pembuatan gaplek) sering terjadi perubahan warna menjadi hitam.  Perubahan warna tersebut kemungkinan disebabkan oleh enzim polifenolase yaitu suatu oksidase yang terdapat pada lendir ketela pohon, yang karena kontak dengan udara dapat mengubah senyawa polifenol (tannin) menjadi senyawa yang berwarna hitam.
4.      Kopra adalah hasil pengeringan daging buah kelapa, yang biasanya digunakan untuk membuat minyak kelapa.  Kopra yang baik harus mengandung air di bawah 5 persen untuk mencegah pertumbuhan Aspergilus flavus, karena kapang ini umumnya tumbuh pada bahan yang mempunyai kadar lemak tinggi.





DAFTAR PUSTAKA

Hudaya, Saripah. Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian Pengolahan dan Pengawetan Pangan. http://www.gogreen.web.id/2008/04/pengawetan-dengan-cara-pengeringan.html diakses pada tanggal 14 juni 2011
Sawitri, Asti dan Ade Esa N. 2010. Pengawetan Pangan/Makanan Dengan Teknologi Pengeringan. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati

 

Selasa, 14 Juni 2011

Pelapisan Lilin Lebah Untuk Mempertahankan Mutu Buah


By
Melida Selvita
00350/2008
Kimia
Universitas Negeri Padang



BAB I
PENDAHULUAN


Produk tanaman yang dipanen antara lain adalah buah. Buah-buahan mempunyai peranan penting sebagai sumber vitamin, mineral dan nutrisi lain dalam menunjang kecukupan gizi masyarakat. Buah pisang misalnya, merupakan salah satu buah yang banyak mengandung karbohidrat dan vitamin C. Demikian juga buah jeruk dan salak merupakan sumber vitamin dan mineral yang cukup baik. Namun demikian hasil panen tersebut umumnya dikonsumsi dan dipasarkan di sekitar daerah pertanamannya saja, sehingga seringkali pada waktu panen buah tertentu tersedia dalam jumlah berlebihan dan harganya menjadi turun. Di sisi lain buah-buahan tidak tahan disimpan lama dan juga sangat mudah mengalami pembusukan, hal ini dikarenakan oleh sifat buah yang masih banyak mengandung air dan mudah rusak, sedangkan orang umumnya lebih suka makan buah-buahan segar yang masih dalam bentuk aslinya.
Untuk itu perlu diambil tindakan pencegahan terhadap pembusukan buah, sehingga pembusukan pada buah dapat diperkecil. Salah satu caranya adalah dengan melapisi buah dengan lilin. Tujuan pelapisan lilin  adalah untuk mencegah penguapan atau kehilangan air terlalu banyak, mempertahankan kesegaran dalam waktu yang cukup lama, mencegah kelayuan, serta memperindah kulit buah.

Berdasarkan uraian diatas terdapat suatu rumusan masalah, yaitu pelapisan lilin lebah untuk mempertahankan mutu buah.

Penulisan ini betujuan untuk :
1.      Mempelajari bagaimana cara mempertahankan mutu buah selama penyimpanan dengan pelapisan lillin lebah.
2.      Mempelajari bagaimana sifat lilin lebah dan bagaimana efeknya terhadap tubuh jika termakan.
3.      Mengetahui komposisi lilin lebah.



1.      Mengetahui sifat-sifat lilin lebah dan kandungan kimia didalamnya.
2.      Mengetahui fungsi lilin lebah, terutama dalam mempertahankan mutu buah.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Buah
Buah-buah mempunyai peranan penting sebagai sumber vitamin, mineral, dan nutrisi lain dalam menunjang kecukupan gizi masyarakat. Setelah dipanen buah-buahan tetap melakukan aktivitas metabolisme yang meliputi respirasi dan transpirasi. Aktivitas respirasi dan transpirasi ini dapat mengakibatkan kehilangan substrat dan air pada buah sehingga bobot buah menurun. Aktivitas respirasi dapat pula mengakibatkan menurunnya kandungan vitamin C pada buah karena asam askorbat sangat peka terhadap oksidasi. Selanjutnya aktivitas respirasi juga mengakibatkan padatan terlarut pada buah semakin besar yang disebabkan akumulasi gula hasil metabolisme pati(Ismed.2008:1).
Ada beberapa cara penyimpanan yang dapat dilakukan untuk menjaga dan mempertahankan kesegaran dan kualitas buah, diantaranya yaitu:
  • ·Dengan cara pelapisan lilin
Bertujuan untuk menutup pori-pori kulit buah sehingga dapat menghambat/menekan laju proses respirasi dan transpirasi yang terjadi pada buah. Tebal tipisnya lapisan lilin berpengaruh terhadap daya simpan buah. Pelapisan yang terlalu tebal akan menyebabkan buah menjadi cepat rusak karena seluruh pori-pori kulit buah tertutup sehingga terjadi respirasi anaerob yang dapat menyebabkan kerusakan. Sementara, pelapisan yang terlalu tipis tidak akan mempengaruhi daya simpan buah.
  • ·  Penyimpanan pada suhu rendah
Suhu yang rendah dapat menghambat berbagai proses, yaitu proses respirasi dan transpirasi, laju kehilangan air, kelayuan, proses penuaan, pelunakan, perubahan warna, dan penurunan tekstur buah.
(Bambang.2009:93)

B.     Lebah
Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena suka hidup berkelompok meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika. Sebagai serangga, ia mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari malam yang terdapat dalam badannya (Ensiklopedia, 2007).
Diantara jenis lebah ada yang memproduksi madu sedikit, ada yang potensial dikembangkan karena produksinya banyak selain itu juga terdapat lebah madu yang hingga saat ini belum dapat dibudidayakan. Sistematika lebah madu adalah sebagai berikut:
Kingdom          : Animalia
Subphillum        : Mandimulata
Filum                : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Subklas            : Pterygota
Superfamili       : Apoidea
Family              :
·                    Bombidae (lebah biasa)
·                    Meliponidae (lebah madu tanpa sengat)
·                    Apidae (lebah Madu)
                        (B. Sarwono.2007: 10)
C.     Lilin Lebah
Lebah madu lebah pekerja (betina) memiliki delapan menghasilkan cermin kelenjar-lilin pada sisi bagian dalam sternites (yang ventral perisai atau piring setiap segmen tubuh) pada segmen perut 4 sampai 7. Ukuran dari kelenjar lilin tergantung pada usia pekerja dan setelah penerbangan harian mulai atrofi kelenjar ini secara bertahap. Timbangan lilin baru pada awalnya kaca-jelas dan tidak berwarna, menjadi buram setelah pengunyahan oleh lebah pekerja. Lilin dari sarang lebah hampir putih, tetapi menjadi semakin lebih kuning atau coklat dengan dimasukkannya serbuk sari minyak dan propolis. Timbangan lilin sekitar 3 milimeter (0,12 inci) dan 0,1 milimeter (0,0039 di) tebal, dan sekitar 1.100 yang dibutuhkan untuk membuat satu gram lilin (http://en.wikipedia.org/wiki/Beeswax).
Untuk dapat menghasilkan lilin, lebah pekerja yang bertugas membuat lilin terlebih dulu meminum madu dan memakan tepung sari sebanyak-banyaknya. Kemudian mereka bergantungan, saling berpegangan, kaki belakang memegang kaki belakang lebah didepannya, lalu berdiam diri sambil bergantungan dan menggerombol di sisir. Setelah berbuat demikian beberapa lama, dari kelenjar lilin keluar lilin dari bawah abdomen. Lilin yang dikeluarkan dalam keadaan cair, lalu mengental dalam kepingan kecil (B. Sarwono.2007:72).

D.    Komposisi Lilin lebah
Lilin lebah merupakan lilin yang compleks dibentuk dari campuran beberapa komponen meliputi hidrokarbon 14%, monoester 35%, diester 14%, triester 3%, hidroksi monoester 4%, hidroksi poliester 8%, asam ester 1%, asam poliester 2%, asam bebas, alkohol bebas 1%, dan 6% sisanya tidak diketahui. Komponen utama dari lilin lebah adalah palmitat, palmitoleat, hidroksi palmitat dan ester oleat yang berantai panjang (C30-C32) dari alkohol aliphatic. Perbandingan triacontanil palmitat (CH3(CH2)29O-CO-(CH2)14CH3 dengan asam serotik (CH3(CH2)24COOH, yaitu 6:1 (http://en.wikipedia.org., 2007).

E.     Struktur Lilin Lebah
Ahli biokimia menemukan lilin dengan lapisan tipis dari unsur lemak yang menutupi daun tanaman atau adanya lapisan pada permukaan serangga atau kulit hewan. Semuanya cenderung mengandung ester lilin sebagai komponen utama, yaitu. ester dari alkohol lemak rantai panjang dengan asam lemak rantai panjang.
http://lipidlibrary.aocs.org/lipids/waxes/index.htm

F.      Karakteristik fisik Lilin Lebah
Lebah memiliki titik lebur tinggi, dari 62-64 ° C (144-147 ° F). Jika lilin lebah dipanaskan di atas 85 ° C (185 ° F) perubahan warna terjadi. Titik nyala dari lilin lebah adalah 204,4 ° C (399,9 ° F). [6] Densitas pada 15 ° C 0,958-0,970 g / cm ³.
Wax Content Type
Persen
hidroksi poliester
tidak teridentifikasi
hidroksi monoesters
monoesters
triesters
asam polyester
hidrokarbon
diesters
bebas asam
asam ester
bebas alcohol
8%
6%
4%
35%
3%
2%
14%
14%
12%
1%
1%

G.    Cara mendapatkan Lilin lebah
Lilin lebah diperoleh dengan merebus sarang lebah pada suhu 65 oC, lilin lebah akan mengapung di permukaan air. Kemudian lilin lebah tersebut dipindahkan pada wadah perebus lain dan direbus lagi pada suhu 90 oC dan didinginkan sehingga diperoleh lilin lebah yang lebih murni dan bersih (Coggeshall and Morse, 1984).

H.    Manfaat Lilin Lebah
Manfaat lilin lebah adalah untuk bahan membatik, lilin penerang, industri kosmetik lipstick, dan berbagai lotion, juga bisa digunakan sebagai campuran pembuatan sabun natural yang berbahan dasar minyak. Pada industri farmasi, lilin lebah digunakan untuk bahan pembuatan plester atau kain pembalut, obat-obatan luar, campuran bahan-bahan tahan air/water proof, selain itu juga bisa digunakan sebagai campuran tinta, pensil, semir serta sebagai zat pengkilat. 
Selain itu lilin lebah juga digunakan untuk:
·     membantu menahan air di dalam buah dan sayuran selama pengiriman dan pemasaran
·     membantu menghambat pertumbuhan jamur
·     melindungi buah dan sayuran dari memar
·     mencegah kerusakan fisik lainnya dan penyakit; meningkatkan tampilan.
(http://indonetwork.co.id., 2007)
I.       Lilin Lebah Dalam Dunia Kesehatan
Lilin lebah aman dikonsumsi sifatnya yang inert membuat produk ini tidak berinteraksi dengan system pencernaan dan masuk kedalam tubuh tanpa mengalami perubahan berarti. Penggunaannya lebih banyak sebagai campuran obat seperti salep, pelapis kapsul. Zat yang dilapisi lilin lebah akan larut secara perlahan pada suhu yang lebih tinggi. Lilin lebah juga menciptakan campuran yang stabil antara air dengan salep atau krim. Semua sifat ini banyak dimanfaatkan didunia farmasi (Dr. Adji Suranto. 2007:103).
Mengunyah lilin lebah juga dapat membersihkan rongga mulut. Dapat pula dipakai para perokok yang berniat berhenti. Madu yang dicampur lilin lebah dan diberi vitamin juga banyak dipakai untuk mempekuat gusi, mempebaiki aliran liur dan asam lambung hingga akan menstimulasi metabolisme (Dr. Adji Suranto. 2007:103).

BAB III
PEMBAHASAN

            Pelapisan buah dengan lilin lebah bertujuan untuk menutup pori-pori kulit buah sehingga dapat menghambat/menekan laju proses respirasi dan transpirasi yang terjadi pada buah. Kelenjar lilin lebah mengeluarkan sejenis lilin yang digunakan untuk membentuk sarangnya. Tebal tipisnya lapisan lilin berpengaruh terhadap daya simpan buah. Pelapisan yang terlalu tebal akan menyebabkan buah menjadi cepat rusak karena seluruh pori-pori kulit buah tertutup sehingga terjadi respirasi anaerob yang dapat menyebabkan kerusakan. Sementara, pelapisan yang terlalu tipis tidak akan mempengaruhi daya simpan buah. Lilin lebah sukar terhidrolisis oleh air. Sifat inilah yang menyebabkan lilin digunakan sebagai lapisan pelindung bagi kulit tubuh, rambut, lantai, atau kendaraan. Untuk lapisan pelindung tubuh, lilin dijadikan bahan campuran dasar pembuatan krem, param, dan salep.

O
II 
             CH3(CH2)24C−O−CH2(CH2)28CH3
Lilin Lebah
Lilin lebah aman dikonsumsi sifatnya yang membuat produk ini tidak berinteraksi dengan system pencernaan. Mengunyah lilin lebah juga dapat membersihkan rongga mulut. Dapat pula dipakai para perokok yang berniat berhenti. Madu yang dicampur lilin lebah dan diberi vitamin juga banyak dipakai untuk mempekuat gusi, mempebaiki aliran liur dan asam lambung hingga akan menstimulasi metabolism.
Kelenjar di bawah perut lebah mengeluarkan lilin, yang mereka gunakan untuk membangun sarang madu. Lilin ini kembali sebagai by produk ketika madu yang dipanen dan disempurnakan. Ester lilin terdiri dari C 40 sampai C 46 spesies molekular, terdapat dua cara biosintesis komponen lilin: jalur pengurangan asil, yang menghasilkan alkohol primer dan ester lilin, dan jalur decarbonylation yang menghasilkan sintesis dari aldehida, alkana, alkohol sekunder dan keton.


Dalam jalur decarbonylation untuk sintesis konstituen lilin, langkah pertama adalah pengurangan ester asil-KoA untuk aldehida melalui sebuah asil-CoA reduktase. Penghapusan gugus karbonil oleh decarbonylase aldehida menghasilkan sebuah alkana, dengan satu atom karbon lebih sedikit dibandingkan dengan prekursor asam lemak. Namun, enzim yang terlibat belum ditandai.

BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.      Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena suka hidup berkelompok
2.      Lilin lebah ini produk murni yang dihasilkan oleh kelenjar lebah dan sangat banyak manfaatnya, seperti pada buah yaitu
·     untuk mencegah penguapan atau kehilangan air terlalu banyak,
·     mempertahankan kesegaran dalam waktu yang cukup lama,
·     mencegah kelayuan,
·     memperindah kulit buah
3.      Sifat lilin lebah yang inert membuat lilin lebah aman dan tak berinteraksi dengan zat lainnya.

B.  Saran
              Agar buah tidak busuk selama penyimpanan sebaiknya tidak menggunakan pengawet yang berbahaya. Lilin lebah sangat bagus untuk melindungi buah, karena selain dapat melindungi buah, lilin lebah jika dimakan dapat membersihkan rongga mulut. Dapat pula dipakai para perokok yang berniat berhenti. Madu yang dicampur lilin lebah dan diberi vitamin juga banyak dipakai untuk mempekuat gusi, mempebaiki aliran liur dan asam lambung hingga akan menstimulasi metabolism.



DAFTAR PUSTAKA

B. Sarwono.2007.Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. PT.Agromedia: Jakarta
Cahyono,Bambang.2009.Pisang.Kanisius:Yogyakarta.
Clemson Extension, 1998. http://hgic.clemson.edu. [1 Maret 2011].
Ensiklopedia, 2007. Lebah Madu. http://id.wikipedia.org.com. [28 Februari 2011].
Encapsulation of Water –Soluble Compounds for Application in Food. Journal of Microencapsulation. Vol. 23.

http://en.wikipedia.org., 2007. Bees Wax. [07 Maret 2011].
http://indonetwork.co.id., 2007. Lilin Lebah/Malam Tawon (Bees Wax). [12 Maret 2011].
Suhaidi,Ismed.2008.Jurnl Pelapisan Lilin Lebah Untuk Mempertahankan Mutu Buah. USU